RSS

Ketenangan Hati

06 Sep

Sudan lama Abu nawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda.

Abunawas juga sudah lama tidak muncul di kedai teh. Kawan-kawan Abunawas

banyak yang merasa kurang bergairah tanpa kehadiran Abu nawas. Tentu saja

keadaan kedai tak semarak karena Abu nawas si pemicu tawa tidak ada.

Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu

nawas. la mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari rnasalah pelik

yang dihadapi.

Salah seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.

“Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu.” kata

kawan Abunawas.

“Baiklah. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal

bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu

sempit sehingga kami tidak merasa bahagia.” kata orang itu membeberkan

kesulitannya.

Kawan Abunawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya.

Sehingga mereka menyarankan agar orang itu pergi menemui Abunawas di

rumahnya saja.

Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang

mengaji. Setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abunawas

bertanya kepada orang itu.

“Punyakah engkau seekor domba?”

“Tidak tetapi aku mampu membelinya.” jawab orang itu.

“Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu.”

Abunawas menyarankan.

Orang itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang

disarankan Abunawas.

Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas.

“Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku

bertambah sesak. Aku dan keluargaku merasa segala sesuatu menjadi lebih

buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba.” kata orang itu mengeluh.

“Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di

dalam rumahmu:” kata Abunawas.

Orang itu tidak membantah. la langsung membeli beberapa ekor unggas yang

kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu

datang lagi ke rumah Abu Nawas.

“Wahai Abu Nawas,aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah

penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan

keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak pernghuninya. Kami bertambah merasa tersiksa.” kata orang itu dengan wajah

yang semakin muram.

“Kalau begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu.”kata

Abu Nawas menyarankan

Orang itu tidak membantah. la langsung ke pasar hewan membeli seekor anak

unta untuk dipelihara di dalam rumahnya.

Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata,

“Wahai Abu Nawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang

hampir seperti neraka. Semuanya berubah menjadi lebih mengerikan dari pada

hari-hari sebelumnya. Wahai Abu Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal

serumah dengan binatang-binatang itu.” kata orang itu putus asa.

“Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu.”

kata Abu Nawas.

Orang itu tidak membantah. la langsung menjual anak unta yang baru

dibelinya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu

“Bagaimana keadaan kalian sekarang?” Abu Nawas bertanya.

“Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal

disini.” kata orang itu tersenyum. “Baiklah, kalau begitu sekarang juallah

unggas-unggasmu.” kata Abu Nawas.

Orang itu tidak membantah. la langsung menjual unggas-unggasnya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu.

“Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?” Abu Nawas bertanya.

“Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak

tinggal bersama kami.” kata orang itu dengan wajah ceria.

“Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu.” kata Abu Nawas.

Orang itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual

dombanya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya,

“Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?” “Kami merasakan rumah kami

bertambah luas karena binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama

kami. Dan kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu. Kami

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abu Nawas.” kata

orang itu dengan wajah berseri-seri.

“Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau

engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut

kesempitan dalam hati dan pikiranmu.” kata Abu Nawas menjelaskan.

Dan sebelum Abu Nawas pulang, ia bertanya kepada orang itu,

“Apakah engkau sering berdoa ?”

“Ya.” jawab orang itu.

“Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena

manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak

memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang

sebenarnya.”  (Kisah 1001 Malam  AbuNawas)

 
Leave a comment

Posted by on September 6, 2011 in Kisah Abunawas

 

Leave a comment